Ekspedisi OceanX Mendorong Target Konservasi Perairan Nasional

Ekspedisi OceanX Mendorong Target Konservasi Perairan Nasional

Satu tahun setelah perjalanan eksplorasi laut Indonesia
OceanX
Misi dimulai, para peneliti yang tergabung dari OceanX, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Konservasi Indonesia (KI), kembali bertemu untuk menggabungkan dan mendiskusikan hasil temuan awal yang diperoleh dari perjalanan tersebut.

Konservasi Indonesia (KI) berharap hasil penelitian misi OceanX tersebut dapat dirangkum untuk mendukung target pemerintah Indonesia dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan atau Marine Protected Area (MPA). KI terlibat dalam penelitian laut dalam untuk Leg-2 dan Leg-3, yaitu di perairan Wilayah Pengelolaan dan Perikanan (WPP) 572, dengan cakupan area perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatra dan Selat Sunda.

Pakar Program Laut Tingkat Senior Konservasi Indonesia, Victor Nikijuluw, mengatakan bahwa sebagai bentuk komitmen terhadap dukungan untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, tim peneliti menargetkan tiga hasil utama dari analisis yang sedang dilakukan. Pertama, publikasi berupa artikel ilmiah sebagai kontribusi ilmiah yang memperkuat dasar pengetahuan dalam sektor perikanan.

“Kedua, penyusunan dokumen kebijakan, baik dalam bentuk policy paper maupun policy brief, yang secara langsung ditujukan untuk mendukung pengambilan keputusan di tingkat nasional, khususnya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),” kata Victor dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (9/7).

  • Cerita Luhut Berkenalan dengan Orang Kaya Dunia Ray Dalio hingga Memanfaatkan OceanX
  • OceanX Nilai Penjelajahan Laut Penting Untuk Lingkungan dan Kehidupan
  • CEO OceanX: Indonesia Perlu Sensor Bawah Laut untuk Mitigasi Tsunami

Ketiga, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dikemas sebagai informasi ilmiah pendukung (support scientific information) untuk mendukung target Indonesia dalam visi MPA 30×45.

Pertemuan ini merupakan bagian dari proses tim peneliti untuk menyajikan rekomendasi berbasis data yang dapat memperkuat sistem pengelolaan perikanan di Indonesia. Menurut Victor, salah satu pencapaian penting dalam proses ini adalah penyusunan draf Reviu Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) untuk Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 572 yang mencakup wilayah perairan barat Sumatra, dua bulan lalu. Draf tersebut telah disampaikan kepada Menteri KKP dan akan segera diaktifkan sebagai dasar kebijakan nasional.

“Namun, implementasi RPP ini masih membutuhkan dukungan data yang lebih komprehensif, termasuk data yang diperoleh langsung dari pemerintah pusat maupun daerah. Dengan dukungan informasi dan kajian ilmiah yang kuat, diharapkan pengelolaan perikanan nasional bisa menjadi lebih adaptif, terukur, dan berkelanjutan,” kata Victor.

ROV dan personel Andrew Craig Kapal OceanX (FaktaUtama/Ade Rosman)

Memetakan Wilayah dengan Kelimpahan Tinggi

Salah satu peneliti KI yang juga menjabat sebagai Senior Manager Blue Halo S, Rian Prasetia, mengatakan bahwa tim peneliti saat ini sedang melakukan riset ekstensif terhadap hasil perjalanan di sepanjang WPP 572. Dia menyebutkan bahwa KI bekerja sama dengan BRIN dan OceanX, secara total meneliti 26 lokasi pada Leg-2, dan sembilan lokasi pada Leg-3.

Secara total,

mengibas

menggunakan ROV (

Kendaraan yang Dikendalikan Secara Jarak Jauh

“yang kami lakukan saat itu mencakup area dari kedalaman 60 hingga 5.000-meter mulai dari zona mesofotik, mesopelagik, hingga batipelagik, yang secara total mencapai 26,25 kilometer,” kata Rian.

Fokus penelitian pada masa itu adalah memetakan kondisi komunitas bentik dan nekton yang termasuk dalam kelompok ikan laut dalam. Saat ini, keberadaan data terkait kelompok ikan laut dalam masih sangat sedikit.

Selanjutnya, Rian menceritakan, data yang dikumpulkan berasal dari ribuan jam rekaman footage bawah laut, yang membutuhkan proses identifikasi taksonomi yang sangat rinci dan cukup memakan waktu. Meskipun analisis menyeluruh masih berlangsung, beberapa temuan awal sudah mulai menunjukkan potensi penting kawasan ini, baik dari segi ekologi maupun perikanan.

“Dari 35 lokasi yang ditemukan itu ada sekitar sembilan lokasi yang memiliki kelimpahan tinggi. Tapi menariknya, ini semuanya ada di kedalaman mesopelagik, yaitu sekitar 150 hingga 1.000 meter,” katanya.

Lokasi-lokasi yang memiliki kelimpahan tinggi berada di sebelah Selatan perairan Nias, Pulau Siberut, hingga daratan Sumatera. “Temuan di wilayah ini adalah teripang yang melimpah,” kata Rian. Pada kedalaman 1.000 hingga 5.000 meter, ekspedisi ini menemukan beberapa fauna seperti pari dan hiu.

Melalui misi OceanX ini, para peneliti berharap dapat memberikan data ilmiah penting untuk mendukung kebijakan perikanan dan pembentukan kawasan konservasi baru. Kelak, data-data ini akan menjadi bagian dari strategi pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan berbasis biodiversitas.

Kerja Sama Penelitian Laut Dalam dan Daratan

Meskipun fokus penelitian dilakukan di laut dalam, ada juga penelitian yang dilakukan di daratan. Sinergi antara dua kawasan ini dilakukan tentunya untuk memperkuat hasil riset.

Ketua Kelompok Riset Biodiversitas Spesies Endemik Fauna Akuatik BRIN, Gunawan Muhammad, memberikan contoh mengenai penelitian yang dilakukan timnya dalam mempelajari struktur populasi dari tiga spesies tuna, yaitu

Tuna sirip kuning

,

lewatkan tuna jack

, dan

mackarel tuna

di perairan Sumatera.

“Kami melakukan sampling dari ketiga spesies tuna sebanyak 781 sampel garis panjang di perairan Sumatera, kemudian kami melakukan ekstraksi DNA. Tujuan utamanya, kami ingin melihat apakah struktur populasi tuna yang didapatkan oleh nelayan di sepanjang pantai Sumatra itu berasal dari populasi yang sama atau berbeda,” kata Gunawan.

Dia memastikan riset genetika populasi dalam ekspedisi Ocean X ini memiliki peran yang sangat penting dalam penyusunan MPA. “Jika ternyata disimpulkan bahwa mereka berasal dari populasi yang sama, manajemen MPA dapat disamakan di seluruh wilayah MPA. Data yang kami hasilkan ini nantinya akan membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan di MPA itu sendiri,” kata dia.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *